Tak seperti yang terlihat

              Tak  seperti yang terlihat

                         By: fadlan 

Hari itu sabtu,  ya angin pun tahu hari itu… Suasana hari itu memang tenang-tenang saja, padahal seseorang insan yang kusebut diriku itu lagi tidak menentu dengan hatinya.

Ku punggungkan tas ranselku dan mencoba melangkah…Kiranya semua orang ngelihat kegalauanku, kurasa kagak!!Mungkin cuman anak bayi bersayap doang yang tahu yaaaa mungkin saja 


Hari ini ayah ibu dan aku akan pergi ke rumah nenek di desa, didesa  adalah tempat  ibuku berasal, bisa dibilang aku juga berasal dari desa  hanya saja karena orang tuaku bekerja dikota itu membuatku jauh dari tempat asalku sendiri.  setelah berbulan-bulan aku dan keluargaku tidak  berkunjung ke tempat nenek  hari inilah waktunya. 

Yah, pukul 09.00 aku dan keluargaku sampai dikediaman neneku, dirumah nenek hanya ada dua orang yang tinggal yaitu kakek dan nenek dikarenakan semua  anaknya sudah berkeluarga, sesekali aka memandangi wajah keriput dua orang yang duduk disampingku iya, rambut yang mulai memutih, tubuh yang sedikit demi sedikit mulai membungkuk, senyum yang selalu terukir di bibir mereka. Dan aku melihat mereka baik-baik saja, yaah itu pikirkuuu…

Tidak biasanya orang tuaku kedesa dengan mendadak seperti ini, apa mungkin ada sesuatu? Atau apalah mungkin pikirku. Suhu malam sangat dingin untuk dirasakan angin sepoi-sepoi menghampiri, kulitku  sendiri yang dapat tahu  serta ia mulai membisikanya ke segala bagian tubuhku, udaranya sangat tidak aman, bisa jadi tidur merupakan salah satu jalurnya, dan akhirnya aku dan orang rumah terlelap dengan dinginnya malam.

Aku yang terlelap dalam tidurku ternyata ibu sudah dari tadi berusaha membangunkanku

“Kenapa bu? Tanyaku

“Ayok bangun siap-siap kita akan berkunjung ke suatu tempat 

“Kemana pagi-pagi begini ? dan ibuku tidak menjawab dan melangkah keluar dari kamar, tanpa pikir Panjang aku langsung siap-siap sesuai perintah ibu, setelah semuanya udah selesai siap-siap saatnya aku dan keluargaku berangkat entah dimana akupun tidak tahu. Setelah beberapa jam kemudian akhirnya sampai juga ditempat tujuan, ternyata itu adalah tempat untuk berobat atau tempat untuk berdoa yang biasa disebut oleh masyarakat setempat adalah parafu ( mata air) konon katanya mata air itu  bisa mengobati segala penyakit baik penyakit dalam maupun penyakit luar, dan katanya warga disekitar juga tidak boleh  buang hajat atau buang air sembarangan disekitar area parafu  (mata air) disini juga tidak boleh sembarang orang masuk hanya orang yang berkepentingan saja oleh karena itu disebutkan tempat yang sakral (tempat yang disakralkan). Tempat ini ditandai dengan pepohonan besar seperti beringin, bambu, duwet, batu besar yang didalamnya terdapat mata air.

“Ya allah bu, ibu mengagetkanku saja… aku yang terkejut melihat ibu yang sudah berdiri lama.”

“Kamu lagi mikirin apasih? Koik sampai melamun seperti itu?

“Kok ibu gak ngasih tau aku sih kalau nenek sakit? Emang nenek sakit apa bu? 

Hmmm ibu cuman bergumam dan tidak menghiraukan pertanyaanku

Dan setelah beberapa jam kemudian aku dan keluargaku pulang, setelah seharian beraktifitas diluar membuat kulit wajahku rasanya seperti tidak ternutrisi sama sekali rasanya sudah kering kerontong heheh.. dan akupun melanjutkannya dengan rutinitasku seperti biasa  yaitu skincare malamku.

Dan hari ini aku, ayah, dan ibu akan kembali ke kota karena ayahku tidak bisa berlama-lama didesa karena urusan pekerjaan.  kami pun pamit, sebenarnya gak tega sih ninggalin mereka karena aku pikir gak ada yang jagain mereka karena samua anaknya sudah berkeluarga jadi gak ada  yang bisa menjaga mereka 24 jam, dan akupun dikota harus sekolah. Dan akhirnyaaaaa akupun sampai  dirumah dan langsung merebahkan tubuhku dikasurku tercinta setelah seharian diperjalanan yang melelahkan.

“Tk….Tok..Tok.. Ara bangunnnn sudah pagi  ayok bangunnnn 

Yaahh namaku Laras Arsyad  keluargaku memanggilku dengan sebutan Ara

“ Iyaa bu iyaaa ara sudah bangun kok dari tadi 

“ Jangan lupa sarapan ibu sudah menyiapkan nasi goreng kesukaanmu 

Hari ini seperti biasa setelah selesai kuliah online aku harus ke apotik untuk mengambil obatku karena obatku sudah habis.  Ya sebenarnya aku sakit  dan aku dinyatakan terkena penyakit asma sejak aku smp, mungkin bukan smp bisa saja penyakit bawaan dari lahir hanya orang tuaku  belum menyadari itu  dan setelah pemeriksaan hari itu baru orang tuaku tahu penyakitku 

“Permisi mbak

“Iyaaa, ada yang bisa dibantu?

“Ini mbak

Dan aku memberikan kertas yang isi tulisannya resep obat  dari dokter 

“ Terimakasih

Dihari bersamaan dengan aku mengetahui penyakitku, aku dikejutkan dengan kabar yang sangat mengiris hatiku terutama  ibuku, yang  ternyata ayah selama ini membohongi aku dan ibuku  kalau ayahku selingkuh, Kalian pasti tahulah gimana rasa sakitnya.  yaa semua perempuan, terutama ibuku tentu ingin memiliki cinta yang hanya diberikan untuknya. Tak ada perempuan yang tak senang diperlakukan sebagai satu-satunya permaisuru di hati lelakinya, begitupula denganku “ayahku adalah cinta pertamaku dan ayahku juga luka pertamaku” 

Hari-hari kulalui dengan senyuman tak satu orangpun tahu perihal penyakitku dan tentang ayahku. Aku dan ibuku melaluinya dengan ikhlas, dan sabar, dimata orang-orang aku tampak seperti manusia penyabar, manusia tanpa penyakit, manusia tanpa masalah apapun yang tak pernah mengeksresikan emosi itu semua, dan ku rasa orang-orang diluar sana  juga tidak perlu mengetahuinya fikirku…  

Setiap malam ibuku menangis, melihat ibuku menangis ingin rasanya menghilang saat itu juga  aku tidak terlalu kuat untuk mengutkan ibuku,  aku terlalu lemah. Ibuku sosok perempuan yang sangat kuat, disaat dia mengetahui ayah selingkuh ibu tidak mengatakan apapun , sebenarnya aku tidak setuju dengan ibuku tapi ibu lebih kuat dari apa yang aku fikir.

Katanya “ Tuhan tidak tidur, tuhan juga tidak akan menguji umatnya diluar batas kemampuan umatnya”  brakkkkkk.. tak terasa tangisanku pun pecah mendengar kata-kata itu, ya allah kok bisa ibuku sekuat ini, kok bisa ibu bisa sesabar ini. 

Dan kesedihan itupun berlalu begitu saja,  ibuku bisa saja diluar sana menebarkan senyuman ikhlasnya itu tetapi sebenarya apa yang ibuku rasakan tidak seperti apa yang terlihat biarkan orang-orang luar tidak perlu tahu.

Meski kerap kali aku merasa terluka mengingat itu ayah adalah ayahku, ayah adalah cinta pertamaku, kesakitan ini akan ku simpan dalam diam tanpa perlu menmgungkapkanya pada siapapunn karena terkadang orang yang kita anggap paling baik malah jadi orang yang paling menyakiti.  

   

Comments

  1. Semangat menulis, teruslah berkarya.

    ReplyDelete
  2. Waah mantap. Tetap semangat untuk berkarya yaa✨

    ReplyDelete
  3. Ingat ya lala. Kalau kata setelah tanda petikan harus menggunakan huruf kapital. Bagus ceritaanya.

    ReplyDelete
  4. Wihhh kerenn nii ceritanya mba,, ditunggu cerita cerita selanjutnya👏👍

    ReplyDelete
  5. Jangan pernah bosan tuk berkarya. Semangat💪

    ReplyDelete
  6. Semangat buat author, yok terus kembangkan cerita cerita sejarah di sekitar kita.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kemaliq Ranget

Kemaliq Ranget di Suku Sasak